Mempersiapkan Tebu Varietas Unggul

19 06 2012

Dalam Roadmap Swasembada Gula Nasional 2010-2014 tercantum target produksi gula sebanyak 5,7 juta ton pada tahun 2014. Realisasi tahun 2011 masih pada kisaran 2.2 juta ton dengan rata-rata nasional 4.95 ton hablur per hektar.

Salah satu faktor penentu dalam produktivitas tanaman tebu adalah penggunaan varietas unggul yang diimplementasikan dalam program penataan varietas berdasarkan kesesuaian tipologi lahan, sifat kemasakan, masa tanam dan masa tebang.

Perlunya masalah varietas ini mendapat perhatian karena keterbatasan masa produktif varietas unggul yang umumnya hanya lima tahun, ketersediaan varietas tebu spesifik lokasi yang masih kurang, dan sulitnya memperoleh tebu introduksi dari luar negeri.

Perkebunan tebu di beberapa negara sudah  membangun fasilitas breeding station dalam penyediaan varietas unggul.

Satu-satunya industri gula di Indonesia  yang sudah membangun breeding station  adalah PT. Gunung Madu Plantation (PT. GMP), perkebunan swasta nasional di Lampung. Proses persilangan tebu dirintis sejak tahun 1994 dan saat ini sudah memiliki bangsal photoperiode untuk mendapatkan bunga dari berbagai tetua tebu yang akan disilangkan.

PT. GMP telah berhasil merilis empat varietas unggul baru hasil persilangan sendiri yaitu GMP 1, GMP 2, GMP 3, dan GMP 4 yang sudah melalui proses seleksi yang panjang (10 – 12 tahun)  sesuai karakteristik varietas yang diinginkan oleh PT. GMP.

PTPN XI sudah mulai membuat varietas unggul melalui rekayasa genetika dengan menggandeng pihak swasta dan pakar dari perguruan tinggi, yaitu varietas tebu toleran kekeringan PRG event NXI-IT yang sudah mendapat rekomendasi aman lingkungan dan aman pangan, walau masih perlu waktu untuk membuktikannya kepada masyarakat.

Dalam tiga tahun terakhir PTPN X bersama P3GI Pasuruan telah merilis tiga varietas unggul. Dua diantaranya diperoleh melalui kajian terhadap varietas yang sudah ditanam di wilayah kerja PTPN X yaitu varietas Kentung dan VMC 76-16. Sedangkan varietas PSJK 922 yang  dirilis awal tahun 2012 merupakan hasil persilangan P3GI Pasuruan tahun 1992 yang dilanjutkan dengan tahap uji dan seleksi oleh PTPN X.   Untuk masa yang akan datang varietas unggul  semakin tidak tersedia, apalagi saat ini P3GI Pasuruan tidak lagi melakukan kegiatan persilangan tebu seintensif waktu lalu karena keterbatasan dana.

Negara kita melalui P3GI Pasuruan pernah menjadi kiblat industri gula dunia dengan prestasi spektakuler ; tahun 1921 menghasilkan varietas POJ 2878 yang dapat menyelamatkan industri gula dunia dari serangan penyakit sereh dan tahun 1930 menghasilkan varietas POJ 3016 dengan produksi 18 ton hablur per hektar.

Mampukah kita mengembalikan kejayaan varietas masa lalu ?? Paling tidak untuk memenuhi kebutuhan varietas negara kita sendiri.  Atau mungkin kita hanya berpikir bahwa toh kita bisa membeli saja varietas dari luar negeri, buat apa susah-susah melakukan persilangan varietas.  Untuk jangka pendek pilihan ini dapat menjadi solusi, namun dalam jangka panjang kita menjadi bangsa yang tidak pernah bisa mandiri, selalu tergantung dari negara lain padahal kita punya sumber daya yang berlimpah.

Keberhasilan  perakitan varietas tebu ditentukan juga oleh tersedianya sumber daya genetik (plasma nutfah) untuk dijadikan tetua. Warta Plasma Nutfah Indonesia No. 20 Tahun 2008, menyimpulkan bahwa pengelolaan Sumber Daya Genetik (SDG) tebu sudah dilakukan dengan baik misalnya koleksi dan pelestarian (secara in vitro dan dalam bentuk DNA genom), tetapi ada beberapa kendala yang dihadapi seperti : dana yang kurang memadai;  eksploitasi kawasan hutan untuk pertambangan, industri, jalan, dan penebangan kayu yang mempersempit gene resources tebu;  kurangnya SDM yang handal dan terbatasnya fasilitas laboratorium.

Solusi

Pertama, mengembangkan iptek pelestarian plasma nutfah berbasis sumber daya genetik tebu.  Arah kebijakan ini adalah pengembangan fungsi akademik, yakni riset untuk identifikasi dan pengkayaan tetua tebu.  Fungsi ini sepenuhnya adalah non komersial yang dijalankan oleh pemerintah. Peran Komisi Nasional Sumber Daya Genetik (KNSDG) juga sangat diperlukan dalam  menyusun kebijakan dan pengarahan kegiatan untuk melakukan inventarisasi dan pelestarian plasma nutfah tebu yang dimiliki oleh semua lembaga penelitian, lembaga pendidikan, lingkungan hidup, swasta, dll.

Pemerintah tidak perlu mengembangkan lembaga baru, tetapi memanfaatkan mekanisme riset yang ada dengan arah dan fokus yang jelas, dan berkualitas tinggi.  Peneliti-peneliti tebu perlu diajak “tertarik” dengan riset dasar ini.  Perguruan Tinggi, LIPI, Kementerian Ristek, Badan Litbang Kementerian Pertanian punya skim riset dan anggaran yang memadai.

Kedua, mengefektifkan komunitas atau asosiasi berbasis tebu. IKAGI (Ikatan Ahli Gula Indonesia),  dan APTRI (Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia) perlu fokus mendiskusikan dan mencari jalan keluar permasalahan varietas.

Ketiga, industri gula (baca : BUMN gula) perlu membangun Breeding Station dan melakukan program persilangan tebu (dapat bekerja sama dengan Perguruan Tinggi, Badan Litbang Kementerian Pertanian, atau Kemenristek).  Ada alasan tertentu mengapa pelaku industri gula perlu membangun breeding station ini :

(i)       Membangun karakter akademik di lingkungan industri gula dan meningkatkan peran riset sebagai bagian pengambilan keputusan.  Karakter ini perlu dibangun untuk membentuk industri gula yang efisien dan kompetitif. Industri gula perlu membangun budaya business corporate yang mementingkan data, obyektivitas, kelayakan teknis dan ekonomi.

(ii)    Mendapatkan varitas tebu unggul baru tidak bisa instan, perlu waktu 10-12 tahun.  Hal ini memerlukan kerangka berpikir jangka panjang, termasuk menyiapkan SDM, program yang berkelanjutan, serta perencanaan anggaran yang efektif.

Dengan kemajuan teknologi pemuliaan tanaman bukan tidak mungkin di masa mendatang hanya perlu waktu lima tahun untuk menghasilkan varietas unggul baru, tetapi tentu saja diperlukan penelitian yang terintegrasi dan komitmen dari semua pihak terkait.

Jembatan Merah, Juni 2012


Actions

Information

5 responses

17 03 2013
Agus Fuad

Boleh minta Referensinya dari mana ya? untuk Pustaka?
Mohon bantuannya,,,, Terima Kasih…

17 03 2013
yassarlina

Referensi utk varietas dari P3GI, PT Gunung Madu, palsma nutfah atau road map swasembada gula dapat anda googling di internet. Selain dari itu merupakan pemikiran pribadi berdasarkan pekerjaan yg saya geluti. Anda juga dapat membaca tulisan saya tentang Persilangan Varietas Tebu. Tks sudah berkunjung

18 03 2013
Agus Fuad

Punya Referensi yang pas ndak, Ibu?
SAYA Sedang Buat Skripsi tentang Analisis Kebijakan Penataan Varietas ?

7 10 2013
ari

aslkm ibu saya mau minta alamat ibu boleh??? saya mau mendalami tebu,untuk membantu orangtua saya

8 10 2013
yassarlina

wa’alaikumsalam pak ari,
Kalau ingin belajar tebu sebaiknya bapak mengunjungi pusat penelitian gula milik PTPN X yang ada di Jengkol, Kediri.
Bisa kontak ke link berikut : http://pusatpenelitiangula.blogspot.com/
Mereka akan dengan senang hati menerima kunjungan bapak, tapi sebaiknya memberitahu sebelumnya.
Tks sudah membaca tulisan ini 🙂

Leave a comment




Every step that I take. . .

istiwahyuti

A fine WordPress.com site

Pusat Penelitian Gula

Every step that I take. . .

Research and Development of Tobacco Jember

Creative, fast and precise to provide solutions

RESEARCH AND DEVELOPMENT OF TOBACCO KLATEN

Responsive, Precise and Innovative

No Boundaries

Sharing the best for taking the best . .

Keep Goin'

at the end, life is just a gag

Long Journey

Information and Communication for Social Capital Development